Jumat, 18 November 2011

Majelis Rasulullah - Masjid Al-Munawar

Majelis Rasulullah - Masjid Al-Munawar Ajak Pemuda Cinta Nabi

Gerimis tak menghalangi ratusan jemaah untuk hadir di Masjid Al-Munawar di Pancoran, Jakarta Selatan, awal pekan ini. Jangan dibayangkan mereka adalah kaum 'bapak-bapak' alias orang tua. Mereka adalah anak-anak muda usia, yang rata-rata usianya di bawah 25 tahun. engan berpakaian dan kopiah putih, mereka datang dari berbagai tempat di ibu kota. Kebanyakan mengendarai sepeda motor. Tapi, seperti terlihat di tempat parkir masjid yang cukup luas, terdapat juga puluhan mobil. Merek-merek terkenal, seperti BMW, Audi, dan Mercedes, terselip di antara barisan mobil itu.
Di dalam masjid, para anak muda dengan suaranya cukup keras melantunkan puji-pujian kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya mereka terlebih dulu shalat Isya berjamaah. Di dekat mimbar duduk Habib Munzir Almusawa. Ia dikelilingi para jamaahnya yang muda-muda itu. Mungkin dialah satu-satunya wakil 'kaum' bapak di sini; ia tampak kharismatik diantara para pemuda itu. Padahal, Habib kelahiran Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, ini masih tergolong muda.
Agar pemuda mencontek Rasul
Nama kelompok pengajian yang dipimpin Munzir sangat sederhana, Majelis Rasulullah SAW. Tujuan pendirian kelompok pengajian ini adalah untuk mengisi kekosongan rohani para pemuda di Ibu kota. Lalu mengapa ia menamakan Majelis Rasulullah SAW?. Habib lulusan Daarul Musthafa, Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan ini menyatakan, ''Saya ingin anak-anak muda kita mencintai dan mengidolakan Rasulullah. Mentaati ajaran-ajaran dan contoh teladan yang tak ternilai dari beliau.

Melalui shalawat, qasidah, dan ceramah-ceramah perilaku Nabi, ia berharap agar para pemuda menjadi Muslim yang bermanfaat bagi bangsa, tanah air, dan agamanya. Dan yang sangat membanggakan, seperti dituturkan Habib Munzir, banyak diantara mereka yang sebelumnya para preman, 'polisi cepek', dan hobi kebut-kebutan. ''Alhamdulillah, kini mereka sudah menjadi manusia baik, dan mengidolakan Nabi Muhammad dalam kehidupan di dunia ini.''
Salah Satu Tempat majelis
Pengajian di Masjid Al-Munawar sendiri, merupakan salah satu dari tempat acara Majelis Rasulullah SAW yang kini sudah berdiri di kelima wilayah DKI Jakarta. Bahkan kini sudah meluas sampai ke Depok. Meskipun untuk itu, Habib Munzar setiap harinya harus mendatangi sebuah majelis dari pukul 21.00 hingga 01.00 WIB. Ini artinya, waktunya tiap malam tersita untuk mendatangi majelis tersebut. Sedangkan siang hari acara yang padat juga menanti kedatangannya. Seperti ceramah agama diberagai pengajian, menjadi khatib shalat Jumat, dan mengisi acara siraman rohani di televisi.

Merasa belum cukup pengabdiannya terhadap agama, Habib munzir juga membuka Majelis taklim khusus wanita, juga untuk para pemudi. Tentu saja pengajian ini terpisah dari pria yang di adakan setiap hari minggu siang di kediaman beliau.
dan juga majelis tetap malam jum'at karena Habib Muchsin Alhamid, ulama dan pengusaha yang banyak membantunya, telah menyiapkan majelis taklimnya di Jl Kompleks Hankam, Cidodol, Jakarta Selatan. Habib Muchsin yang bersimpati terhadap kegiatan Majelis Rasulullah juga telah menyediakan ruangannya untuk penyelenggaraan pesantren kilat bagi para pemuda yang tergabung dalam Majelis Rasulullah. Tiap bulan sekitar 100 - 150 pemuda digembleng di pesantren kilat ini. Tempat menginap dan makan minum ditanggung pihak tuan rumah.
Saat ini, aku Munzir, ia telah memiliki 7.000 murid. Mereka kini menjadi peserta aktif. Seperti dituturkan Munzir, majelis yang dipimpinnnya ini bebas dari politik, non-sektarian, dan terbuka untuk umat tanpa membedakan mazhab dan golongan.

Dimulai dari Rumah ke Rumah
Kalau sekarang ini majelisnya, berjalan mulus dan hampir tanpa halangan, tidak demikian pada awal-awalnya. Habib yang tutur katanya lembut ini menuturkan bagaimana perjuangan keras ketika masa awal-awal. Dari kediamannya di Cipanas, pada tahun 1998, saat ia baru berusia 26 tahun, dia harus terjun dari rumah ke rumah. Waktu itu, yang mengikuti majelisnya hanya 3 - 6 orang. Setelah dari rumah ke rumah -- ia sampai harus menginap di Jakarta karena terlalu jauh untuk pulang ke Cipanas -- akhirnya meluas dari musala ke musala.

Berkat perjuangan yang gigih dan semata-mata lillahi taallah, mejelisnya makin meluas. Musala menjadi tak cukup. Lalu pindah ke empat masjid besar, yaitu Masjid At-Taubah, Masjid At-Taqwa di Pasar Minggu, Masjid Al-Munawar di Pancoran, dan Pesantren Daarul Islah di Mampang, Jakarta Selatan. Menurutnya, semakin banyaknya para pemuda yang mengikuti majelisnya, karena ia menekankan pada mereka tentang kasih sayang sesama umat seperti dicontohkan Rasulullah. Pendekatan demikian, katanya, sangat ampuh. ''Dari mereka yang tadinya sama sekali tak tertarik pada Islam, bahkan ada di antara mereka yang menjadi preman dan pecandu narkoba, berubah 180 derajat dan mau mengaji,'' tuturnya.
Sepintas, ketika menyaksikan Majelis Rasulullah SAW seperti majelis dzikir H Mohammad Arifin Ilham atau majelisnya Ustadz Haryono. Baik dalam tata cara berpakaian maupun sistem pengajiannya. Tapi yang sangat kontras adalah, di Majelis Rasulullah hampir seluruh jamaahnya adalah anak-anak muda. ''Memang selama majelis didirikan dua tahun lalu, sasaran saya adalah generasi muda. Agar figur Rasulullah benar-benar menjadi idola mereka,'' katanya.
Dengan makin pesatnya majelis taklim ini, kegiatannya ke daerah-daerah dan luar negeri hampir tidak mungkin dilakukan lagi. Padahal dahulu, ia sering berdakwah di berbagai daerah, dan sudah punya kegiatan bulanan di Bali, Lombok, Madura, serta di beberapa tempat di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Secara keseluruhan, ia telah membina 99 majelis taklim di sekitar Jakarta dan di kota-kota besar di Jawa, Bali, dan Lombok.
Tapi kini ia sudah tidak bisa lagi keliling tanah air karena padatnya acara di Jakarta. Bukan hanya itu, dakwah ke luar negeri yang dulu sering dilakukan kini hampir tidak mungkin dilaksanakan. Padahal, habib yang mendalami bidang fikih, terjemahan Alquran, ilmu hadis, dan tata bahasa Arab ini dulu sering berceramah di Singapura, Malaysia, dan Pathani (Thailand Selatan). Di Singapura, ia memberikan ceramah di di hadapan umat Islam yang bekerja di Bandar Udara Changi. Anak kandung Fuad Abdurahman, mantan wartawan Berita Buana, kini hampir tiap hari waktunya dihabiskan untuk dakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar